Timor Leste akhirnya berada dibawah kakinya dan pahitnya, negara itu malah tambah melarat, tetap miskin. Semua kakayaan alam dieksploitasi, termasuk mata uangnya yang tak jelas, hingga menjadikan “negara baru terkorup dan termiskin di dunia”.
Namun jauh sebelum itu, sejak tahun 1972, suku asli Australia, Aborigin juga telah menuntut kemerdekaanya setelah dicaplok oleh Inggris dengan mendirikan negara kaki tangan, yang bernama Australia.
Semua isu ini seakan dipendam dalam-dalam oleh Australia, tak seperti isyu Timor Timur, Maluku dan Papua, yang digembar-gemborkan dan didukung mau merdeka. Padahal mereka yang menuntut merdeka sangatlah sedikit, hanya puluhan dibanding jutaan yang lainnya dan mereka menjadi tuan di tanah sendiri, tak seperti Aborigin atau suku Indian di AS yang keduanya tertindas.
Kala itu, mirip Columbus, Kapten James Cook mengklaim tanah yang didaratinya yaitu benua Australia adalah menjadi milik mereka, padahal di tanah-tanah atau benua tersebut telah hidup suku asli selama ribuan tahun lamanya.
Bagaimana bisa keduanya mengklaim bahwa mereka, Columbus dan James Cook menyatakan itu adalah tanah mereka seperti tak bertuan alias “tanah baru yang ditemukan”?
Keinginan untuk merdeka dari Australia telah ditunjukkan Bangsa Aborigin belum lama ini. Pada 31 Maret lalu, mereka mengambil langkah pertama untuk mengakhiri pemerintahan kolonial yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun.
Mereka melakukannya dengan mengirim surat kepada Ratu Elizabeth II dan pemerintah Australia, suku Aborigin menuntut sebuah perjanjian atau akta penghentian kekuasaan.
Pada 30 Maret 2013, Bangsa Aborigin juga telah mendeklarasikan berdirinya Republik Murrawarri atau Murrawarri Republic, yang menjadi rumah bagi orang Aborigin tinggal, sekitar 750 kilometer barat laut Kota Sydey, Negara Bagian dari New South Wales (NSW).
Mereka menyebut dan mengklaim bahwa suku Aborigin telah menetap di sana selama ribuan tahun lamanya, sebelum kedatangan bangsa Inggris, seperti dilansir majalah Time, Kamis (30/5/2013).
“Ketika Kapten Cook tiba di sini pada tahun 1770, saat itu dia mengklaim benua ini atas nama Kerajaan Inggris. Namun, atas dasar hukum apa dia bisa mengambil tanah kami?,” kata Sharni Hooper, anak dari Ketua Dewan Rakyat Murrawarri, Fred Hooper.
Gerakan kedaulatan suku Aborigin di Australia ini sebenarnya sudah dapat dilihat sejak tahun 1972. Ketika itu, tepatnya pada 26 Januari tahun 1972 di saat perayaan Hari Australia, sebuah kelompok milisi kulit hitam membuat sebuah tenda di lapangan Gedung Parlemen Australia di Ibu Kota Canberra.
Kelompok yang menamakan diri mereka sebagai “Gerakan Kedutaan Kemah Aborigin” ini mendukung hak atas tanah pribumi dan mendorong duta besar mereka, Michael Anderson, menjadi perhatian internasional.
Anderson sendiri melanjutkan pendidikannya di bidang hukum dan bekerja sebagai jaksa penuntut umum.
Dia menjadi orang pribumi pertama Australia yang berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1981.
“Tidak ada di dalam undang-undang Australia yang menunjukkan bagaimana Inggris memperoleh perlindungan politik dan berdaulat atas Bangsa Aborigin,” kata Anderson.
“Mereka tidak pernah meminta kedaulatan kita, dan kita tidak pernah menyerahkan. Jadi kami datang dengan sebuah hipotesis bahwa Inggris tidak pernah benar-benar punya kuasa di negeri ini.”
Anderson merupakan penggerak Pemerintahan Sementara Bangsa Pertama Persatuan Nasional, sebuah organisasi yang membawahi dan mewakili aspirasi dari 300 anggota Bangsa Aborigin Australia ingin berdaulat.
Tweet |