Fauzi Bowo atau Joko Widodo pasti berharap akan meraih kemenangan dan menjadi DKI1.
Tentu tidak ada yang mau mengalah dengan rela memberikan kemenangan kepada lawannya. Terlepas demi kekuasaan atau pengabdian.
Dalam sejarahnya pemilihan kepala daerah di Jakarta. Baru kali ini yang paling heboh dan ramai. Mengundang begitu banyak pemerhati. Seakan tiada habis kontroversi.
Demi kemenangan sudah tampak berbagai cara dilakukan. Baik yang sesuai aturan maupun diluar aturan.
Kalau isu SARA boleh dikadalin sudah basi. Sudah ada saban hari. Baru-baru ini sudah dengan cara mengintimidasi.
Bila melihat kenyataan ini, kira-kira apa yang terjadi setelah pemenangnya diketahui?
Ya, harus ada yang kalah. Kekalahan itu selalu melahirkan kekecewaan. Sulit untuk diterima. Apalagi bila sebelumnya yakin menang.
Seperti pernah terjadi di salah satu kabupaten di Jawa Barat. Dimana seorang calon bupati yang sudah habis-habisan dan begitu yakin akan menang.
Ternyata kemudian mengalami kekalahan telak. Apa yang terjadi? Langsung shok dan terkena stroke.
Nah, apa yang akan terjadi dengan Foke atau Jokowi bila harus mengalami kekalahan nanti?
Sepertinya Jokowi akan santai saja. Toh, rakyat Solo tetap akan menerimanya sebagai wali kota. Mungkin malah akan bersuka cita dan dengan gembira menyambut Jokowi. Tak ada masalah.
Sebaliknya, bagaimana bila Foke yang harus menerima kekalahan?
Prediksinya, bakalan ada apa-apa yang terjadi.
Pertama, tentu tidak ikhlas, sebagai ahlinya harus kalah sama wong ndeso.
Ini tentu sulit diterima dengan kepintarannya.
Kedua, malu, sebagai gubernur mesti kalah sama wali kota. Apalagi sudah didukung partai-partai gajah sampai presiden dan raja _dangdut.
Ketiga, was-was, kalau tindak-tanduknya selama menjadi gubernur akan dibongkar habis. Apalagi sampai KPK yang turun tangan.
Keempat, yang ini tidak apa-apa bila Foke rela memakai baju kotak-kotak untuk mengakui kekalahannya.
Ada lagi?
Penulis Katedrarajawen
Tweet |