Kisah Nyata Balasan Karma dari Legenda Ular Putih


Mike PortalPada Juli 1997, Ny. Chu dari Universitas di suatu tempat, didampingi suaminya, pergi ke Gunung Wu Tai Shan untuk memuja Buddha. Pada suatu kesempatan yang tidak disengaja mereka mengetahui bahwa disana ada seorang biksu tua bernama Miao Fa berkebijakan tinggi, karenanya mereka membuat janji untuk bertemu dan minta petunjuk.

Ny. Chu berusia kira-kira 32 - 33 tahun, bertubuh sedang, berparas cukup cantik, berkulit putih, dipangkal hidungnya tergantung kaca mata emas, berpenampilan anggun seperti seorang ilmuwan. Ny. Chu bertutur, sejak kanak-kanak kedua matanya sudah sangat buruk, selalu merasakan pedas pada kedua matanya dan sering merasa sakit. Entah sudah berapa kali orang tuanya mengkhawatirkan akan hal ini. Uang yang sudah dikeluarkan tak terhitung jumlahnya, tetapi tetap saja tidak bisa disembuhkan. Kemudian semasa dia menuntut ilmu di Amerika, juga pergi kemana-mana untuk berobat, tetap saja tidak dapat disembuhkan.

Setelah Ny. Chu menuturkan keadaan matanya kepada biksu Miao Fa, biksu Miao Fa memejamkan kedua matanya sejenak, kemudian menceritakan sebuah kisah menarik yang sulit dipercaya orang.

Biksu Miao Fa bertanya: “Apakah Anda tahu cerita legenda ular putih yang membanjiri Kuil Jin Shan dengan air bah?”

Semua orang yang berada di sana serempak menjawab: “Tahu, saat masih anak-anak sudah menonton drama ini, juga pernah nonton filmnya.”

Biksu Miao Fa berkata: “Semua orang mengira ini hanyalah kisah mitos yang belaka, sebenarnya hal tersebut benar-benar terjadi dalam sejarah. Ada sebagian hewan melalui kultivasi selama bertahun-tahun, bisa muncul kemampuan supranatural, hal tersebut bukanlah hal yang langka.”

“Ular putih ini menjelma menjadi Bai Niangzi (wanita), dikarenakan dalam proses kultivasi, dia tidak bisa menyingkirkan nafsu birahi, tersesat, bersikukuh mengejar percintaan dalam dunia fana. Tetapi hukum alam, tidak memperkenankan perkawinan antara manusia dan hewan, perilaku yang mengacaukan norma manusia. Walaupun di zaman sekarang, moralitasnya sudah semakin merosot, dengan konsep yang telah bermetaformosa, juga masih tidak diperkenankan oleh etika masyarakat.”

Biksu Fa Hai di dalam Legenda Ular Putih, mencegah tindakan ular putih dikarenakan hati yang berbelas kasih. Apabila ular putih itu tidak segera menghentikan perilaku yang mengacaukan etika, dan segera bertobat, maka kultivasi dirinya yang sudah bertahun-tahun itu akan termusnahkan serta dijebloskan ke dalam neraka. Biksu Fa Hai mengurung ular putih di bawah Pagoda Lei Feng, sebenarnya agar ular putih bisa menutup pintu memikirkan kesalahan dan berkultivasi, membantu ular putih menghilangkan nafsu birahinya.”

“Namun dalam perkembangannya, kisah Legenda Ular Putih yang merusak Fa (Hukum alam semesta) dan memfitnah biksu, telah membentuk biksu Fa Hai yang berbelas kasih menjadi sosok yang jahat, melukiskan Buddha dan Bodhisatva sebagai sosok yang tidak rasional, memisahkan secara paksa percintaan bahagia dunia fana. Dan mempropagandakan siluman jahat sebagai sosok yang penuh manusiawi, tetapi mengabaikan kenyataan perbedaan mendasar dari manusia dan hewan.”

“Banyak penulis cerita telah memutar balikkan antara lurus dan jahat, menyalah arahkan masyarakat, memfitnah agama Buddha, maka pasti akan menerima balasan karma. Benar atau salah bagi orang bijak dilihat saja sudah tahu. Lalu mengapa saya menceritakan kisah tersebut kepada kalian? Karena penyakit mata yang diderita Ny. Chu, berhubungan dengan kisah tersebut, juga karena dia percaya dengan Buddha, melakukan dan melindungi perilaku yang diajarkan agama Buddha, maka karmanya ini akan selesai.”

Miao Fa melanjutkan bercerita: “Air yang membanjiri Kuil Jin Shan dikisahkan, ular putih dan ular hijau tidak mau mendengarkan nasihat dari biksu Fa Hai, malahan mengadu ilmu dengan Fa Hai, menggunakan mantera menghasut Dewa air mendatangkan air bah untuk menenggelamkan Kuil Jin Shan. Ketika itu, Dewa air tidak berakal sehat, membantu yang lalim berbuat jahat, mendatangkan air bah menenggelamkan kuil, tindakan Dewa air membangkitkan amarah Dewa Langit pelindung hukum.”

“Dewa Langit menggunakan guntur dan petir memukul Dewa air, ketika bola api hampir mengenai bagian wajah dari Dewa air, dengan cekatan ia melarikan diri masuk ke dalam air, cepat-cepat menenggelamkan diri ke air sehingga nyawanya terselamatkan. Tetapi sepasang mata Dewa air sudah luka terkena sinar petir, sakitnya bukan main. Anak buah Dewa air menggunakan kain putih untuk membalut sepasang mata Dewa air, dan mengantarnya pergi ke kuil yang ada di atas gunung lain, untuk meminta pertolongan dari seorang biksu yang berilmu, bisa menyembuhkan penyakit.”

Ketika Dewa air melepaskan kain pembalut matanya, biksu yang sudah berkultivasi selama bertahun-tahun ini, dibuat tercengang oleh kecantikan Dewa air, sekejap itu timbul rasa senang. Perbedaan sekilas pikiran, ilmunya segera sirna, penyakit itu juga sudah tidak bisa disembuhkan.

Dewa air dalam cerita ini adalah Ny. Chu sekarang ini, inilah asal usul penyakit yang diderita oleh Ny. Chu. Suami Ny. Chu adalah biksu yang tergerak hati manusianya ketika melihat kecantikan Dewa air. Bukankah dia di kehidupan ini sangat mencintai dan menjaga Anda?”

Cerita biksu Miao Fa ini membuat semua orang sangat tertarik, mereka semua orang mengamati pasangan suami dan istri tersebut. Ny. Chu yang terus mendengarkan cerita dari biksu Miao Fa, tampak hatinya sangat tersentuh, sepertinya dia sedang menyelidiki sekali lagi suaminya sendiri, dengan penuh kasih dia tersenyum dan berkata, “Memang benar, dia selalu menganggap saya sebagai anak kecil, memberikan perhatian dengan sangat sempurna.”

Suaminya tampak agak tidak nyaman, tersenyum simpul sambil menundukkan kepala dan tidak bersuara.

Selanjutnya biksu Miao Fa berkata lagi kepada Ny. Chu: “Sebentar lagi, kalian berdua harus ke ruang tengah kuil untuk bertobat atas karma kalian. Air bah menggenangi Kuil Jin Shan walaupun bukan maksud dari Dewa air sendiri, tetapi karena kecerobohannya menjadi kaki tangan kejahatan, karma tersebut tidak kecil!”

Biksu Miao Fa menatap suami Ny. Chu dan berkata lagi: “Sebenarnya Anda adalah seorang kultivator yang berbakat sangat baik, tetapi setiap kali Anda datang ke dunia selalu tidak bisa melepaskan nafsu birahi Anda sehingga sia-sia berkultivasi. Masa kehidupan sekarang ini, Anda berdua melanjutkan jodoh kalian, menjadi suami dan isteri, lebih-lebih harus berniatan bersama: harus rajin berkultivasi pada masa kehidupan sekarang ini. Asalkan kalian sungguh-sungguh bertobat dan melakukan semua yang saya katakan, pasti mendapatkan efek.”

Love to hear what you think!