Dalam tradisi umat Tionghoa, saat perayaan kue bulan seluruh anggota keluarga akan berkumpul guna menyantap kue bulan yang dilakukan saat bulan purnama. Maknanya adalah untuk menjalin kebersamaan diantara keluarga. Kerabat dan keluarga yang beberapa saat terpisah dari keluarga besarnya, biasanya akan berkumpul kembali untuk bersama-sama makan kue bulan. Di China, festival kue bulan menjadi perayaan besar kedua setelah hari raya Imlek.
Makna dari perayaan Musim Gugur di negeri tirai bambu itu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia dan selalu dirayakan terutama oleh warga keturunan Tionghoa, termasuk di Indonesia.
Namun selain menyambut musim gugur, kabarnya ada kisah heroik dibalik perayaan kue bulan itu.
Konon saat itu, rakyat Han berusah keluar dari kekuasaan pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan (1280-1368 SM). Zhu Yuan Zhang lalu berencana menggulingkan pemerintah yang berkuasa namun dia tidak tahu bagaimana caranya menyatukan seluruh rakyat Han agar ikut dalam pemberontakan. Akhirnya salah satu penasehatnya mengusulkan agar pesan tentang pemberontakan itu dimasukkan ke dalam kue bulan lalu dibagikan kepada seluruh rakyat Han.
Alhasil, pada tangga 15 bulan 8 menurut kalender Imlek, terlaksanalah pemberontakan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Selanjutnya yang berkuasa di China adalah Dinasti Ming (1368-1644 SM)
Tweet |