Menurut Damien, 'resep' itu didapatnya sebelum mantan Presiden RI tersebut wafat, hampir tiga tahun silam.
"Menurut Gus Dur, untuk bisa menjadi seorang pluralis, kita harus banyak membaca novel dan menonton film. Karena saat sedang melakukannya, kita sedang 'berada di sepatu orang lain', sehingga bisa memahami sesuatu dari sudut pandang orang tersebut," ungkap Damien, dalam acara 1.000 Hari Gus Dur & Hari Perdamaian Sedunia, di Apartemen Park Royale, Jakarta, Jumat (21/9).
Gus Dur memang kerap dikenal sebagai tokoh pluralisme Indonesia. Adiknya, Lily Wahid, mengakui pula hal tersebut.
Ia pun mengatakan sikap individualistis yang ada di tengah masyarakat Indonesia saat ini, membuat toleransi antarumat beragama telah jauh memudar kadarnya.
"Hari ini yang terjadi adalah kemunduran kehidupan berbangsa, menjadi seperti sebelum kita merdeka dahulu. Dengan mengenang kepluralan yang diajarkan Gus Dur, mari kita mulai menjalin rajutan kasih sesama anak bangsa. Dari mana pun asalnya, seseorang tetaplah bagian dari bangsa Indonesia," ujar Lily pula.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Korban Bom Indonesia (Askobi), Wahyu Adiartono, mengatakan untuk mewujudkan situasi damai nan ideal, setiap orang harus memberi sumbangsih tindakan nyata sesuai kemampuannya masing-masing.
"Kalau ngomong perdamaian, mari kita lakukan sesuatu untuk mendukungnya, sesuai dengan profesi masing-masing. Kami (dari Askobi) sendiri sudah tergerak untuk mewujudkan secara nyata suasana damai, dengan merekrut generasi muda yang cinta damai sebagai duta perdamaian Indonesia. Jadi, beda dengan terorisme yang merekrut 'pengantin'. Kita mencoba 'do something' sesuai kapasitas masing-masing," ujar Wahyu.
Tweet |