Qi Shi 七夕 - Hari "Valentine" Tionghoa

Qi Shi 七夕 - Hari "Valentine" Tionghoa

Mike Portal14 Februari adalah hari Valentine Barat yang diperingati luas di dunia. Namun sebenarnya orang Tionghoa juga punya hari valentine sendiri.

Chinese Valentine disebut "Qi Shi 七夕", yang artinya malam ketujuh di bulan tujuh penanggalan Imlek. Jadi Chinese Valentine jatuh pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Asal usul perayaan hari kasih sayang ala Chinese ini berasal dari sebuah legenda yang diceritakan turun temurun.

Dikisahkan pada zaman dulu (juga tertulis di beberapa buku sejarah kuno Tiongkok), pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek, bintang Altair (Niu Lang Sing, Bintang Penggembala) yang terpisah dengan bintang Vega (Ce Nu Sing, Bintang Wanita Penenun) akan melewati Milky Way dan bertemu setahun sekali.

Legenda yang kemudian populer selama ribuan tahun menceritakan bahwa wanita penenun adalah anak dari Raja Dewa Yu Huang di kerajaan langit. Ia terkenal akan kepintaran dan kecantikannya. Setelah remaja, tentu saja seperti gadis remaja lainnya, ia ingin mencari pasangan hidup yang baik. Waktu yang bersamaan, di bumi ada seorang penggembala. Setelah orang tuanya meninggal, ia kemudian selalu disiksa dan dikucilkan saudara2nya dan dalam pembagian harta sang orang tua, ia cuma diberikan seekor kerbau yang selalu digembalakannya sedangkan saudara2nya mendapatkan sawah dan rumah orang tuanya.

Penggembala sangat menyayangi sang kerbau, ia selalu menganggap kerbau sebagai keluarganya dan menceritakan segala keluh kesahnya. Suatu hari, sang kerbau memanggil namanya dan memintanya untuk ke  pinggir sungai karena akan ada beberapa gadis yang sedang mencuci baju besok. Sang kerbau menyuruhnya mengambil baju berwarna ungu dan gadis pemiliknya akan ditakdirkan menjadi istrinya.

Keesokan harinya, penggembala melaksanakan perintah sang kerbau dan ia kemudian bertemu dengan sang penenun yang merupakan pemilik baju ungu tersebut. Mereka kemudian saling menyukai dan memutuskan untuk menikah dan hidup bahagia. Namun peristiwa tadi diketahui oleh Ratu di kerajaan langit dan segera menyuruh penenun untuk pulang ke kerajaan langit. Penggembala kemudian mengejar penenun, namun Ratu mencabut konde emasnya dan melemparkannya di antara mereka. Konde kemudian berubah menjadi sungai perak yang dikenal sebagai galaksi Milky Way untuk memisahkan mereka selamanya.

Namun setelah melihat kesungguhan hati dan cinta mereka, Ratu kemudian memperbolehkan mereka untuk bertemu setahun sekali pada tanggal 7 bulan 7. Pada malam ini, burung magpie yang mengasihani mereka akan membuat jembatan di atas Milky Way supaya mereka dapat bertemu.

Memang seperti dongeng anak sebelum tidur dan juga banyak sekali versi yang ada di masyarakat. Legenda tinggal legenda, yang harus kita ambil adalah makna yang terkandung di dalamnya. Beruntunglah kita yang memiliki cinta dan kasih sayang di dekat kita dibandingkan dengan kisah cinta penggembala dan penenun yang cuma bisa bertemu setahun sekali. Cintai dan sayangilah pasangan hidup kita selagi kita bisa menyayanginya. Jangan cuma bisa merindukannya bila telah jauh berpisah.

Perayaan Chinese Valentine ini sangat populer di Taiwan, China, Hongkong dan Macau, selain daripada Valentine 14 Februari. Perangko dan uang logam kenang2an juga telah dikeluarkan oleh pemerintah negara di atas. Namun, perayaan setahun sekali ini cuma sebuah perlambang. Bagi pasangan yang penuh dengan kasih sayang dalam kehidupannya, 365 hari dalam setahun adalah hari Valentine bagi mereka.

Berlainan dengan perayaan hari Valentine di dunia barat yang bermakna agamis. perayaan Chinese valentine maknanya sangat romantis dan puitis. cobalah simak sebuah Syair yang ditulis penyair dari dinasti Song, yang menggambarkan legenda putri penenun dan putra gembala.


TITIAN  JALAK
Qin Guan ( 1049–1100 ; Song )

Awan lembut mengolak lukisan,
bintang terbang menebar penyesalan,
samar melintasi Bima Sakti yang tanpa tepian.
Satu kali bersua dalam angin emas embun perak,
telah melebihi berulang berjumpa di dunia insan!

Cinta yang lembut selaksana air,
hari yang bahagia bagaikan mimpi,
tak kuasa menengok jalan kembali lewat titian jalak!
Apabila cinta di kedua hati adalah kekal abadi,
masihkah kehadiran dihitung setiap senja setiap pagi?


Penulis Rinto Jiang , Zhou Fuyuan

Love to hear what you think!