Jusuf Kalla, ketua Palang Merah Indonesia (PMI) dan mantan wakil presiden Republik Indonesia menyesalkan aksi anarkis yang dilakukan sebuah ormas dengan melempari vihara dan kelenteng di Makassar, Sulawesi Selatan, dan aksi lainnya yang menyerang fasilitas pemerintah Myanmar. (Baca: Lagi-lagi Bikin Ulah, FPI Lempari Kelenteng dan Vihara di Makassar) Penyerangan ini disebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Rohingya, Myanmar.
Kalla, yang meninjau langsung ke daerah konflik di Myanmar antara etnis Rohingya dan Rakhine menjelaskan bahwa konflik tersebut bukanlah karena masalah agama. "Konflik ini, bukan karena agama. Hanya konflik internal yang melibatkan Rohingya dan Rakhine. Mereka saling menyerang dan korban jatuh dari Rohingya dan Rakhine," ujar Jusuf Kalla di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (11/8/2012).
Kalla menjelaskan, konflik yang terjadi di Myanmar lebih dikarenakan etnis Rakhine sebagai penduduk asli bersinggungan dengan penduduk pendatang, etnis Rohingya. Dia menambahkan korban yang jatuh dari pihak etnis Rohingya sebesar 60 persen, sisanya adalah etnis Rakhine.
Konflik tersebut, lanjutnya, lebih diperhatikan korban yang jatuh di kalangan etnis Rohingya sementara korban Rakhine jarang diangkat ke permukaan. Kalla mengungkapkan, korban dari kedua belah pihak tersebut harus dibantu, tanpa memandang keyakinan dari korban.
"Korban banyak dari Rohingya. Namun, Rakhine juga menjadi korban dari konflik internal tersebut. Jadi OKI dan pemerintah Myanmar sepakat untuk membantu dan menfasilitasi perdamaian,"ungkapnya.
Kalla menjelaskan juga bahwa rakyat Indonesia agar tidak mudah terpancing oleh provokasi ormas beragama tertentu yang justru akan menambah keruh kehidupan beragama di Indonesia. Ormas beragama yang tidak pernah datang langsung ke lokasi konflik tersebut, lanjutnya, tidak bijak untuk memicu konflik di tanah air yang justru dipicu oleh sentimen keagamaan.
OKI dan Pemerintah Myanmar, sambungnya, telah sepakat untuk berusaha agar konflik tidak membesar. Selayaknya, masyarakat Indonesia dapat berpikir jernih untuk tidak memperkeruh karena bagaimanapun juga penyerangan atas rumah ibadah tidak dibenarkan.
Sebelumnya, aksi solidaritas muslim Rohingya di Myanmar yang dilakukan oleh beberapa ormas di Jalan Sulawesi, Kota Makassar, Jumat (10/8/2012) berlangsung anarkis. Para pengunjuk rasa melempari kelenteng Xian Ma dengan batu.
Mike Portal | sumber: kompas.com
Kalla, yang meninjau langsung ke daerah konflik di Myanmar antara etnis Rohingya dan Rakhine menjelaskan bahwa konflik tersebut bukanlah karena masalah agama. "Konflik ini, bukan karena agama. Hanya konflik internal yang melibatkan Rohingya dan Rakhine. Mereka saling menyerang dan korban jatuh dari Rohingya dan Rakhine," ujar Jusuf Kalla di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (11/8/2012).
Kalla menjelaskan, konflik yang terjadi di Myanmar lebih dikarenakan etnis Rakhine sebagai penduduk asli bersinggungan dengan penduduk pendatang, etnis Rohingya. Dia menambahkan korban yang jatuh dari pihak etnis Rohingya sebesar 60 persen, sisanya adalah etnis Rakhine.
Konflik tersebut, lanjutnya, lebih diperhatikan korban yang jatuh di kalangan etnis Rohingya sementara korban Rakhine jarang diangkat ke permukaan. Kalla mengungkapkan, korban dari kedua belah pihak tersebut harus dibantu, tanpa memandang keyakinan dari korban.
"Korban banyak dari Rohingya. Namun, Rakhine juga menjadi korban dari konflik internal tersebut. Jadi OKI dan pemerintah Myanmar sepakat untuk membantu dan menfasilitasi perdamaian,"ungkapnya.
Kalla menjelaskan juga bahwa rakyat Indonesia agar tidak mudah terpancing oleh provokasi ormas beragama tertentu yang justru akan menambah keruh kehidupan beragama di Indonesia. Ormas beragama yang tidak pernah datang langsung ke lokasi konflik tersebut, lanjutnya, tidak bijak untuk memicu konflik di tanah air yang justru dipicu oleh sentimen keagamaan.
OKI dan Pemerintah Myanmar, sambungnya, telah sepakat untuk berusaha agar konflik tidak membesar. Selayaknya, masyarakat Indonesia dapat berpikir jernih untuk tidak memperkeruh karena bagaimanapun juga penyerangan atas rumah ibadah tidak dibenarkan.
Sebelumnya, aksi solidaritas muslim Rohingya di Myanmar yang dilakukan oleh beberapa ormas di Jalan Sulawesi, Kota Makassar, Jumat (10/8/2012) berlangsung anarkis. Para pengunjuk rasa melempari kelenteng Xian Ma dengan batu.
Mike Portal | sumber: kompas.com
Tweet |